Cool Blue Outer Glow Pointer

بِسمِ اللَّهِ الرَّحمٰنِ الرَّحيمِ

Wednesday, February 17, 2010

Harapan untuk Presiden...

Mata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono merebak basah. Suaranya serak bergetar ketika menyampaikan terima kasih untuk ”kado” puisi yang dibawakan Fajar, siswa SMP Istimewa di lingkungan Lembaga Pemasyarakatan Anak Pria, Tangerang, Banten.

Petikan puisi yang mengharukan Presiden itu, antara lain, berisi: "Aku bukan penjahat kecil, tapi aku anak-anak yang khilaf dan sesat, karena tanpa bimbingan dan asuhan dari orang-orang dewasa. Kini aku sadar, aku bertekad jadi anak yang baik, seperti anak-anak yang lain."

Sesuai petuah Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ny Ani Yudhoyono, antara lain, Jadilah anak Indonesia yang cerdas dan terampil. Berwatak mulia. Baktikan dirimu untuk kemajuan dan kebesaran bangsa Indonesia. Tekad ku kini hanya satu: Aku bisa. Karena hidup harus dilanjutkan.

Puisi itu disuguhkan untuk Presiden Yudhoyono dan Ny Ani Yudhoyono ketika mengunjungi LP Anak itu, Selasa (16/2/2010) kemarin.

LP yang tampak bersih dan rapi dengan bangunan bercat warna-warna cerah, sebagian catnya tampak masih basah, ini tergolong rutin dikunjungi pejabat negara, setidaknya dalam beberapa bulan terakhir.

Bersama rombongan besar yang menyertainya, antara lain 10 menteri dan staf khusus, Presiden menyempatkan menengok beragam fasilitas dan ruang kegiatan di LP Anak ini, seperti kelas musik, menjahit, mencukur rambut, perbengkelan, dan rumah pintar sumbangan istri anggota Kabinet Indonesia Bersatu yang diketuai Ny Ani Yudhoyono.

Susilowati, pengajar di SMP Istimewa, menuturkan, menjelang renovasi besar-besaran setahun lalu, anak didik di LP ini dikurangi dan sampai kini belum sepenuh kapasitasnya lagi. Saat ini terdapat 137 anak didik, 26 anak di antaranya duduk di tiga kelas SMP.

Pengajar di sekolah dalam penjara ini patut bangga. Tahun lalu, anak didik Sekolah Istimewa ini semuanya lolos ujian nasional. Padahal, pengajar di SD dan SMP dalam lingkungan LP ini tidak semuanya berbekal pendidikan guru.

Susilowati, misalnya, adalah sarjana psikologi yang sukarela mendaftarkan diri menjadi pengajar sejak lima tahun lalu. Selain menjadi guru bimbingan dan konseling, ia juga mengajar pelajaran Fisika.

Apa kabar..
 
Setiap kali memasuki ruang kelas atau ruang kegiatan di LP Anak itu, Presiden Yudhoyono selalu bertanya, "Apa kabar, anak-anak?". Pertanyaan itu selalu dijawab, "Luar biasa, dahsyat, yes, yes, yes!"

Di sebagian ruangan, seruan jawaban itu terdengar kaku dan agak lemas. Di ruang lainnya, terdengar penuh semangat. Presiden mengatakan, ia bisa merasakan penyesalan dan hasrat anak-anak ini untuk memperbaiki masa depan mereka.

Soal harapan masa depan itu, Adi (16), bukan nama sebenarnya, yang masuk ke LP sejak usia 13 tahun karena pelecehan seksual terhadap teman sebayanya, membacakan catatan harapannya di depan Presiden Yudhoyono. Ia ingin menjadi pelukis kaliber internasional dan membangun taman bermain yang terbesar di Indonesia untuk anak-anak.

Namun, ada juga secarik kertas harapan ditempelkan di dinding, bertuliskan: "Semoga selama aku di sini, bapakku tidak kawin lagi. Jadi, ibuku tidak menangis terus. Maafkanlah anakmu ini, Ibu".

sumber: nasional.kompas.com Rabu, 17 Februari 2010

No comments:

Post a Comment