Perbedaan dalam pembinaan tahanan dengan cara pendidikan formal membuat Direktorat Pemasyarakatan masih harus mencari solusi terbaik. Hal ini diperlukan agar setelah keluar dari lembaga permasyaratan, tahanan dapat beradaptasi lagi dengan lingkungannya.
"Pendidikan terhadap narapidana beda dengan siswa, kalau siswa startnya dari nol, kalau narapidana dimulai dari minus," ujar Direktur Bina Regitrasi dan Statistik Ditjen Pemasyarakatan, Rahmat Prio Sutarjo dalam bedah buku 'Penjara: The Untold Stories' di Universitas Paramadina, Kamis (10/06/2010).
Rahmat mengatakan dalam sistem penjara, tahanan mendapatkan reintegrasi sosial sehingga bisa beradaptasi dengan masyarakat. Dalam konsep lembaga permasyarakatan, tahanan secara fisik diasingkan namun secara kultural tidak.
Dalam sistem penjara,kata Rahmat, terdapat empat kesakitan yang melekat kepada tahanan bila dipenjara yakni hilangnya rasa aman, hilangnya otonomi, hilangnya benda-benda yang disukai serta hilangnya rasa sosial terutama kepada lawan jenis.
"Inilah sisi negatif dari orang-orang yang terpenjara, dan semakin cepat reintregasi dilakukan, maka adaptasi ke masyarakat semakin baik," tandasnya.
sumber dari tribunjabar.co.id Kamis, 10 Juni 2010
No comments:
Post a Comment