Cool Blue Outer Glow Pointer

بِسمِ اللَّهِ الرَّحمٰنِ الرَّحيمِ

Thursday, July 18, 2013

Hendra Naibaho, Korban Tewas "Tragedi Tanjung Gusta"

admin SDP Lapas Klas 1 Tanjung Gusta, Medan, Sumatra Utara
Medan
Salah seorang korban tewas dalam kerusuhan di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta, Medan, Hendra Ricardo Naibaho (25 tahun), (lahir 13 Februari 1988 - meninggal 11 Juli 2013), dibawa ke Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, Jumat (12/7/2013), siang.

"Korban putra Pangururan, Kabupaten Samosir, dan menurut rencana akan dimakamkan di kampung halamannya," kata Efendy Naibaho, salah seorang warga Medan asal Pangururan.

Menurut Efendy, seperti disiarkan kompas.com, almarhum Hendra merupakan staf bagian administrasi LP Tanjung Gusta, Medan. Korban ikut tewas terbakar saat terjadi kebakaran di dalam LP pada Kamis malam hingga dini hari bersama dengan pimpinannya, Bona Situngkir.

Hendra dilahirkan di Desa Hutaparik, Kecamatan Pangururan, putra dari St Tamba Naibaho, seorang pengurus jemaat di HKBP Pangururan. "Padahal, dalam waktu dekat, rencananya korban akan menikah dengan tunangannya, Mei boru Situmorang, seorang bidan di Medan," kata Efendy.

Diberitakan sebelumnya, kerusuhan dan pembakaran di Tanjung Gusta merupakan buntut dari pemadaman listrik dan matinya air PDAM. Pemadaman listrik dikabarkan terjadi sejak subuh hingga puncaknya terjadi kebakaran hebat.

Ricardo adalah Satu dari 5 korban yang meninggal pada kerusuhan LP Tanjung Gusta 11 Juli 2013, Ricardo adalah putra berprestasi dari daerah Hutaparik, Siogung-ogung, Pangururan.

Selama menempuh pendidikan, seperti dilansir Sinar Indonesia, selalu meraih predikat juara.

Ricardo Hendra Naibaho sekolah di SD Siogung - ogung (1994-2000), SMP Negeri 1 Pangururan (2000-2003), SMA Negeri 1 Pangururan (2003-2006) , masuk Korps Pemasyarakatan tahun 2007.

Koran Online www.SinarIndonesia.com menyebutkan Hendra Naibaho adalah tulang punggung keluarga, yang berjumlah 7 orang. Ricardo Hendra Naibaho meninggal dunia saat kebakaran terjadi LP Tanjung Gusta. Ricardo Naibaho dan atasannya Bona Situngkir , adalah petugas LP yang terjebak dalam kobaran api pada peristiwa kerusuhan di LP Tanjung Gusta Medan.

Ditjenpas melansir jejak karier Ricardo Hendra Naibaho dan Bona Situngkir. Mereka dikenal sebagai pekerja keras. Bahkan di saat-saat terakhir, keduanya sedang lembur untuk mengurus remisi napi dan acara lomba 17 Agustus.

Ricardo atau lebih dikenal dengan nama Hendra Naibaho, masih muda. Sejak tahun 2007, Ricardo bergabung dengan korps Pemasyarakatan. Awalnya dia diterima di Lapas Tanjung Gusta sebagai tenaga penjagaan, namun karena prestasi dan keterampilannya, Ricardo lalu diangkat sebagai admin SDP.

Ricardo dikenal berprestasi sejak SMA. Sulung dari 7 bersaudara ini telah lama menjadi tulang punggung keluarga. Lahir dari keluarga petani di daerah Pangururan, pemuda itu dikenal sebagai pekerja keras oleh rekan sekerjanya.

"Biasanya Hendra dan tim lain yang mengerjakan usulan remisi memang selalu pulang jam 11 malam," ujar Debby, salah seorang rekan di LP Tanjung Gusta.

Atasannya, Bona Situngkir adalah ayah dari dua orang anak. Bona sudah cukup lama bekerja di Lapas Tanjung Gusta. Sebelum menjabat sebagai Kasi Registrasi, Bona pernah menjabat sebagai Kasi Bimbingan Kemasyarakataan di lapas ini.

Demi tugas, di Tanjung Gusta Bona hidup terpisah dari anak dan istrinya Frida R Sinaga yang menetap di Tebing Tinggi.

Sebagai atasan, belakangan ini Bona juga bekerja lembur untuk memantau anak buahnya menyelesaikan usulan remisi Hari Raya Idul Fitri dan HUT Kemerdekaan RI tahun 2013 ini.

Ketika melihat jenazahnya yang terbaring di ruang instalasi jenazah RS Pirngadi Medan, tubuhnya menghitam dan sanak keluarga mengenakan jasnya yang baru dijahitkan dan itulah dipakaikan kepada almarhum.

Tunanganya, Mei Situmorang, terlihat sedih sekali dan tak tahan menahan tangisnya, sama seperti ibu kandung Hendra yang bersama anak-anaknya yang kebetulan sedang berada di Medan. Juga sanak keluarga lainnya yang banyak berdatangan.

Mei kepada sanak keluarga di RS Pirngadi Medan --ketika menunggu jenazahnya akan dibawa-- sempat membacakan SMS terakhir Hendra kepadanya yang menjelaskan suasana di LP Tanjung Gusta, Medan.

SMS yang dikirim sekitar pukul tujuh malam itu, merupakan pesan singkat terakhir karena setelah dihubungi, handphone Hendra sudah tidak berfungsi lagi. Isi sms-nya: Dek, di Lapas lagi gawat, kacau, doakan saya Dek ....

sumber: formatnews.com

No comments:

Post a Comment