Lapas Wanita Kelas II Kebonsari Kota Malang, menghindari penggunaan jarum tato bagi warga binaannya. Ini untuk menekan penularan penyakit HIV/AIDS. Pasalnya, terdeteksi 6 warga binaan positif mengidap virus mematikan itu.
Dokter kesehatan Lapas Wanita Kelas II Kebonsari dr Iin Indarti mengatakan, penularan HIV hanya bisa dilakukan dengan penggunaan jarum tato secara bersama-sama, karena penularan lain sangat kecil kemungkinan dilakukan.
"Kalau hubungan seks, jelas tidak mungkin karena semua wanita. Yang besar potensinya adalah menggunakan jarum tato," ujarnya usai mengikuti Sarasehan HIV/AIDS di Balai Kota Malang Jalan Tugu, Senin (5/12/2011).
Ia mengaku, sebanyak enam warga binaannya mengidap penyakit HIV/AIDS, dari jumlah total 300 lebih warga binaan dan mereka menjalani rutinitas secara bebas, tanpa adanya pembatasan.
"Karena itu rentan penularan lewat jarum tato, meski sampai saat ini belum terjadi," aku Iin. Kebebasan diberikan penuh kepada penderita HIV, kata dia, menghindari bentuk diskriminasi.
Karena itu tak dilakukan lokalisir terhadap enam narapidana tersebut. Sementara pemeriksaan rutin setiap harinya digelar untuk mengetahui perkembangan dari penyakit yang diderita.
"Pemeriksaan rutin tiap hari," urai Iin.
Sementara ditanya penyakit terbanyak menyertai para warga binaan, Iin mengungkapkan, jenis penyakit inspeksi saluran pernapasan di urutan teratas.
"Paling banyak Ispa, itu hasil pemeriksaan yang kita lakukan," ungkap Iin.
Sedangkan, hingga September 2011 di wilayah Kota Malang tercatat 1.875 kasus HIV/AIDS, dengan penderita terbanyak di usia 25 sampai 49 tahun sebesar 69,07 persen. Sementara pada kelompok rentan tertular pada usia 20 sampai 24 tahun sebesar 19,20 persen.
"Mayoritas semuanya laki-laki sebanyak 66 persen menderita penyakit ini (HIV,red)," ujar Nunus Indarti Kabid Penyesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Malang terpisah.
sumber: detik.com, Senin, 05 Desember 2011
No comments:
Post a Comment